Jadi Dosen Tamu, Irwan Hidayat Ajak FISIP UPNVY Bangun Branding
YOGYAKARTA[NuansaJateng]- Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Dr (HC) Irwan Hidayat didaulat menjadi dosen tamu dalam kuliah umum mahasiswa baru, Program Studi Hubungan Masyarakat (Humas) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Kamis (23/10).
Kuliah umum yang mengusung tema “Dari Value ke Reputasi: Peran Public Relations dalam Membangun Branding yang Berkelanjutan di Era Industri Modern” berlangsung di Gedung Agus Salim, Kampus II UPN Veteran Yogyakarta dan diikuti sekitar 200 mahasiswa.
Turut hadir Dekan FISIP UPN Veteran Yogyakarta Dr Sunanta MSi dan Koordinator Program Studi Humas Dra Siti Fatonah MSi.
Dalam kuliah umum tersebut, Irwan menceritakan perjalanannya dalam membangun branding beberapa produk bisnisnya, seperti Tolak Angin, Hotel Tentrem, hingga Bima Yamgor. Nama-nama yang digunakan sangat lokal, namun memiliki kekuatan.
Menurutnya, perjalanannya yang hanya lulusan SMA dalam merintis dan mengembangkan usaha jamu hingga kini memiliki berbagai lini usaha. Bahkan dia juga membagikan kiat membangun branding agar mampu bersaing dan tumbuh di era industri modern.
Dengan gaya santai dan bahasa ringan yang mudah dipahami, Irwan memaparkan strategi yang dilakukan bagian dari komunikasi. Dia menilai komunikasi tidak sekadar kemampuan berbicara. Tetapi harus dilandasi dengan kejujuran dan kerja nyata.
“Banyak orang dalam usahanya menggunakan nama asing, biar keren. Saya pakai nama Tentrem (Hotel Tentrem), banyak yang mempertanyakan, karena kayak nama losmen. Tapi buktinya laku, bahkan menjadi top of mind brand,” ujarnya.
Tidak hanya itu, dalam usaha resto pun Irwan menggunakan nama yamgor, ayam goreng, kenapa bukan fried chicken?, karena itu akan mengingatkan pada kompetitor.
“Yang saya lakukan adalah memanjakan dengan seluruh panca indra konsumen. Kemudian Tolak Angin, saya melakukan uji khasiat, uji toksisitas, sehingga ini membangun persepsi. Orang bisa menghemat parasetamol dengan membeli Tolak Angin,” tutur Irwan.
Irwan juga menekankan soal pemanfaatan inteligensi dan akal budi dalam berkomunikasi dan bersikap.
Melalui kuliah umum ini, Irwan berharap mahasiswa dapat memperoleh bekal untuk masa depan.
Menurut Irwan, akal budi adalah sesuatu yang membuat semuanya menjadi sempurna. Manusia tidak harus sekolah untuk mempelajari akal budi karena “hukum” akal budi hanya satu.
“Akal budi ini enggak usah sekolah, akal budi ini cuman satu hukumnya. Berbuatlah pada orang lain seperti engkau ingin orang lain berbuat kepadamu. Sudah, hukumnya itu saja,” ujar Irwan.
Di sisi lain, dia menambahkan, hidup layak adalah hak setiap orang. Semua orang diberi rahmat inteligensia dan akal budi untuk mencapai hidup yang baik.
“Kalau mereka melakukannya, saya berharap mereka itu bisa hidup dengan baik. Bukan untuk kaya raya, tapi pokoknya hidup baik. Hidup layak itu hak setiap orang. Pokoknya semua orang itu diberi rahmat oleh Tuhan supaya bisa hidup dengan layak,” tuturnya.
Irwan berbicara di kampus UPN untuk kedua kali, setelah sebelumnya tampil pada 2009 membagi pengalamannya.
“Saya berterima kasih kepada UPN karena diberi kesempatan untuk berbagi dengan para mahasiswa. Saya ingin menularkan pengalaman supaya bisa bermanfaat bagi masa depan mereka,” ujar Irwan.
Di bidang komunikasi, tutur Irwan, perlu didasarkan pada kejujuran dan kerja nyata. juga pentingnya peran public relations (PR) sebagai corong perusahaan. Menurutnya, komunikasi yang baik harus lahir dari kerja nyata dan kejujuran.
“Menurut saya, PR merupakan corong dari perusahaan. Akan tetapi, komunikasi yang baik itu harus kerja nyata, dilandasi kejujuran. Jadi, komunikasi itu kalau enggak jujur ya salah. Harus dilandasi kejujuran, kerja nyata, itu baru menghasilkan komunikasi,” tutur Irwan.

Irwan pun juga berharap, pengalaman yang dibagikannya bermanfaat bagi masa depan mahasiswa yang masih berusia muda. Dengan belajar dari orang-orang berpengalaman, mahasiswa diharapkan tak perlu banyak melalui trial and error dalam hidup.
“Mereka kan masih muda. Kalau mereka belajar dari orang-orang yang berpengalaman, harapan saya mereka tidak melewati trial error lagi. Saya rasa saya bersyukur punya kesempatan pada pagi hari ini untuk berbagi sama mereka,” ujarnya.
Irwan juga berbagi pandangan tentang strategi pemasaran yang efektif. Tidak cukup hanya mengandalkan teori, tetapi juga pembelajaran dari pengalaman dan interaksi manusia. Selain itu, marketing bukan hanya soal menjual produk, tetapi soal membangun kepercayaan.
“Kalau soal marketing, saya belajar dari mereka yang sukses. You have to learn marketing from success man. Kalau produknya bagus, orang pasti suka. Hidup itu soal meyakinkan orang lain. Kalau kamu sukses, berarti kamu bisa meyakinkan orang lain,” tuturnya.
Menurutnya, dalam dunia modern, konsumen tidak hanya membeli rasa, tetapi juga experience. Hal itu ditunjukkan Sido Muncul lewat berbagai brand yang dibangun mulai dari Tolak Angin, Hotel Tentrem hingga restoran Bima Yamgor.
“Kita harus memenangkan mata, hati, telinga, dan seluruh panca indra pelanggan,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FISIP UPVY, Susanta mengatakan Irwan Hidayat merupakan pengusaha sukses yang memimpin 15 perusahaan. Tentu banyak pengalaman yang bisa dibagikan menjadi bekal mahasiswanya ke depan.
“Yang disampaikan beliau (Irwan Hidayat) tidak ada di buku, tetapi sesuatu yang dilaksanakan oleh beliau. Salah satu kunci kesuksesan beliau adalah menggunakan akal budi. Lakukanlah sebagaimana anda ingin diperlakukan. Tata nilai ini yang menjadikan sukses, karena kebaikan akan mendatangkan kebaikan,” tutur Susanta.
Susanta pun sepakat dengan apa yang disampaikan Irwan, hakikat manusia terletak pada kemampuan memberi manfaat bagi sesama dan alam sekitar.
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat kepada sesama dan alam. Tanpa itu, orang tidak akan bahagia dan tidak mungkin kaya,” ujarnya.
Koordinator Program Studi Hubungan Masyarakat FISIP UPNVY Siti Fatonah menuturkan, kuliah umum ini menjadi upaya perguruan tinggi itu untuk meningkatkan sofskill mahasiswa. Ke depan diharapkan mahasiswa tidak hanya cerdas pikir, tetapi juga cerdas hati.
“Dengan denikian, jika menjadi sarjana yang cerdas, santun, berakal budi baik. Ini nilai-nilai yang ingin kami tanamkan. Tentunya ini akan bermanfaat ketika mahasiswa nanti bekerja. Pengalaman Pak Irwan ini menunjukkan agar kita tidak berpikir untuk diri sendiri, tetapi bermanfaat bagi orang lain,” tuturnya.
